Akun Telkom Cantik dan Telkom Ganteng: Antara Eksistensi dan Aktivitas Bisnis

AksaraNews, Bandung (01/12/2022) – Akun-akun kampus di sosial media telah menjadi tren di kalangan mahasiswa terutama untuk kebutuhan hiburan selama menjalani keseharian kuliah. Munculnya akun-akun tersebut khususnya di kampus Telkom University, seperti @drama.telyu, @telu.ngantuk, @kuchink.telyu, @telkom_cantik, dan @telkom_gantengg menjadi deretan akun yang ramai dan menghibur bagi setiap mahasiswa. Menyoal akun “kampus cantik dan ganteng” sempat menjadi perbincangan hangat beberapa waktu lalu. Pro kontra pun ikut mewarnai di tengah maraknya akun-akun kampus cantik dan ganteng mulai dari objektifikasi, hiburan, eksistensi, seksisme, pelecehan seksual, komersialisasi, dan lain sebagainya.
Akun @telkom_cantik dan @telkom_gantengg merupakan contoh akun yang menampilkan unggahan foto mahasiswa/i yang dianggap “good looking”. Kedua akun tersebut telah memiliki banyak pengikut di Instagram, di antaranya akun @telkom_cantik dengan 9.149 pengikut dan akun @telkom_gantengg dengan 1.413 pengikut per 1 Desember 2022. Kedua akun tersebut sama-sama menampilkan bio Instagram dengan kalimat “Hanya memposting foto yang sudah mendapatkan izin dari pemilik foto”. Pernyataan tersebut juga sesuai dengan jawaban keempat narasumber yang fotonya terpampang pada akun tersebut, bahwa admin telah meminta izin melalui direct message Instagram untuk mengunggah fotonya. Tentunya hal itu diartikan bahwa admin cukup selektif dalam mengunggah foto seseorang dan menghargai privasinya.
Bicara soal kriteria orang-orang yang “mumpuni” agar fotonya bisa diunggah pada kedua akun tersebut, tentunya dinilai masih bias. Bias yang dimaksud adalah tidak ada ketentuan baku bagaimana standar yang dapat mencukupi kriteria seseorang untuk diunggah fotonya di akun tersebut. Kondisi inilah yang menimbulkan pertanyaan dan pernyataan kontra terhadap keberadaan akun-akun tersebut. Hal-hal kontradiktif di sini adalah apakah perempuan atau laki-laki yang memiliki tubuh ideal, berkulit putih, berambut lurus, atau ada kriteria lain yang dipersyaratkan agar dapat lolos kriterianya. “Akun tersebut mungkin memperkenalkan cewek-cewek di Tel-U yang cantik dan beberapa juga seorang seleb, tapi aku berpendapat bahwa semua cewe itu cantik,” ujar salah satu mahasiswi jurusan Desain Komunikasi Visual angkatan 2021, S, sebagai salah satu orang yang fotonya diunggah oleh akun @telkom_cantik.
Walaupun beberapa orang merasa meresahkan dengan adanya akun tersebut, tetapi mahasiswa yang fotonya terunggah pada akun-akun itu mengaku merasakan manfaatnya. R, salah satu mahasiswa jurusan Akuntansi angkatan 2020 mengaku merasakan hal positif setelah fotonya diunggah pada akun @telkom_gantengg. Ia menyampaikan, “Sejauh ini tidak merasakan privilege apa-apa, hanya saja followers sedikit bertambah dan beberapa orang baru jadi mengenal saya.” Hal serupa juga disampaikan oleh A, salah satu mahasiswa jurusan Digital Public Relation angkatan 2020. “Benefit tentunya ada, mulai dari insight Instagram yang lumayan naik. Nah, dari situ mungkin jadi banyak orang yang tau akun Instagram aku,” tambahnya.
Di sisi lain, akun @telkom_cantik dengan bio Instagram yang bertuliskan “Apreciating The Beauty of Tel-U Students” menerima jasa paid promote dengan beberapa paket pilihan. Paket yang ditawarkan dibandrol mulai harga Rp50.000 sampai Rp150.000 dengan perbedaan benefit yang didapatkan. Bahkan, akun @telkom_cantik baru-baru ini menawarkan paid promote paket diskon dengan harga Rp200.000 sampai Rp250.000. Kemudian muncul pertanyaan, apakah admin meraup keuntungan tersebut untuk kepentingan pribadi?
Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh K, salah satu mahasiswa jurusan Desain Komunikasi Visual angkatan 2021 yang fotonya diunggah pada akun @telkom_cantik mengaku tidak menerima apapun. “Tidak menerima fee atau hadiah apapun dari admin,” katanya. Pernyataan itu juga dibenarkan oleh ketiga narasumber sebelumnya. Secara etika, adanya komersialisasi itu harus disepakati bersama antara admin dengan mahasiswa/i yang fotonya terunggah di dalam akun tersebut. Hal ini diluruskan oleh pendapat yang disampaikan oleh Abdul Fadli K, salah satu Dosen Fakultas Komunikasi dan Bisnis, menyebutkan, “Harus adanya kesepakatan antara kedua belah pihak, terlebih dalam hubungan antara talent dengan admin sebagai pengelola akun. Aktivitas bisnis di dalamnya lebih baik dibicarakan atau minta izin terlebih dahulu.”
Di samping eksistensi dan komersialisasi yang terjadi, postingan yang ada pada masing-masing akun pun harus difilterisasi dalam publikasinya. Hal tersebut pernah terjadi pada unggahan Instastory akun @telkom_cantik yang memposting foto mahasiswi dengan tambahan keterangan foto “Boker cantik xixixi”. Tulisan tersebut semestinya tidak perlu karena tidak etis dan mengarah ke hal-hal yang berbau pornografi, meskipun dari segi foto “layak” untuk dipublikasikan. Selain itu, admin hendaknya lebih selektif dalam berinteraksi dengan followersnya, misalnya dalam mempublikasikan postingan QnA dan komentar-komentar yang kurang etis seharusnya bisa dicegah. Hal ini mengingat etika yang harus dipegang teguh dalam bermedia sosial, terlebih dengan akun yang membawa embel-embel kampus.
Abdul Fadli K juga menyebutkan bahwa terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh admin dalam membuat celotehan, unggahan, maupun komentar yang menyangkut citra dari akun-akun tersebut. “Hal ini berkaitan dengan cara pandang. Dalam kehidupan sosial ini kita juga harus belajar mengenai culture dan budaya pop. Akun-akun ini mesti tau pasarnya (followers). Yang menjadi masalah ketika yang mengunjungi itu out of the context, orang yang tidak memahami situasi kondisi dari akun tersebut.”
Terlepas dari penilaian pro dan kontra dari maraknya akun kampus cantik dan ganteng di kalangan mahasiswa, pengelolaan media sosial juga harus diperhatikan. Jangan sampai media sosial tersebut menjadi akun yang rentan terhadap kasus pelecehan seksual, seksisme, dan mengandung unsur-unsur SARA.
Penulis: Faizal Miftah & Michelle Gabriella
Editor: Nur Aulia Rahman & Muhammad Hasbi Kurniawan
informasi sangat unik