Riset

Asrama Mahasiswa Tel-U : Perkembangan dan Lika-Liku

Bandung (29/4/2018) – Sejak tahun 2012, Telkom University memberlakukan wajib asrama bagi mahasiswa baru selama satu tahun pertama. Kebijakan wajib asrama tersebut sudah ditetapkan sejak Telkom University masih menjadi empat institusi besar, yaitu Institut Teknologi Telkom (ITT), Institut Manajemen Telkom (IMT), Politeknik Telkom (POLTEK Telkom), dan Sekolah Tinggi Seni Rupa dan Desain Indonesia Telkom (STISI Telkom). Keempat institusi tersebut dibawahi naungan Yayasan Pendidikan Telkom (YPT).  Pembinaan dan pelatihan softskill  terhadap mahasiswa baru merupakan tujuan diberlakukannya wajib asrama tersebut, guna mempersiapkan modal bagi mahasiswa baru untuk mengikuti perkuliahan, segala kegiatan di kampus, dan bekal ketika lulus dari perguruan tinggi nanti. Juga karena banyaknya jumlah mahasiswa baru yang terdaftar dari berbagai daerah pada setiap tahunnya, kebijakan tersebut bertujuan agar mahasiswa baru saling beradaptasi dan berbaur.

Perkembangan Asrama

Perkembangan kualitas dan kuantitas asrama berkembang dengan sangat cepat. Pada tahun 2012, YPT menyediakan asrama putra yang bertempat di Apartemen Buah Batu Park dan lima gedung asrama putri yang bertempat di kawasan kampus. Kemudian dilakukan kerjasama dengan PT. Citra Sukapura Megah (CSM) sebagai pengelola gedung asrama putra dan PT. Graha Sarana Duta (GSD) sebagai pengelola lima gedung asrama putri.  Di tahun tersebut, mahasiswa juga diberikan pembinaan pada bidang Bela Negara, Kerohanian, Bahasa Inggris dan Psikologi.

Asrama Telkom University terus berkembang setiap tahunnya, mulai dari jumlah gedung, kegiatan-kegiatan yang diadakan, hingga pergantian kerjasama dengan pengelola. Memasuki tahun 2014, keempat institusi dibawah naungan YPT melebur menjadi satu, yakni menjadi Telkom Univeristy. Pada tahun itu, asrama memiliki tujuh gedung asrama putra dan lima gedung asrama putri, keduanya bertempat di dalam kawasan Telkom University. Kegiatan yang dilakukan menjadi lebih beragam seperti seminar, talkshow, pelatihan team building dan outbound. Di tahun 2015, terjadi pergantian pengelola, yaitu PT. Trengginas menggantikan PT CSM untuk mengelola gedung asrama putra, sedangkan PT. GSD tetap mengelola gedung asrama putri.

Sampai saat ini, asrama Telkom University memiliki sepuluh gedung asrama putra dan delapan gedung asrama putri. Untuk Asrama Putri Gedung A sampai dengan E dikelola oleh PT. Graha Sarana Duta (GSD), dan Asrama Putri Gedung F. Dua lagi, yaitu Asrama Putri Gedung 11 dan 12 dikelola oleh  PT. Bhakti Unggul Teknovasi (BUT). Sedangkan untuk putra, Asrama Putra Gedung 1 sampai 10 dikelola oleh PT. Trengginas Jaya. Asrama menerapkan kurikulum baru pada hal pembinaan dan pengembangan softskill yang dikelola oleh Direktorat Kemahasiswaan. Kurikulum itu disebut dengan Framework “ASAS” yang memuat 4 bidang kegiatan adaptif, spiritual, akademis dan sosial. Perkembangan tersebut menjadikan kegiatan di asrama menjadi lebih variatif dan penghuni asrama yang aktif mengikuti kegiatan tersebut, berhak mendapatkan poin transkrip akademik kemahasiswaan (TAK) sebanyak 30 poin.

Kurikulum Framework “ASAS”

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, asrama Telkom University menjadi wadah bagi mahasiswa baru untuk membentuk softskill dan membangun karakter mahasiswa baru. Untuk mendukung hal tersebut dibuatlah softskill development program yang lebih dikenal dengan Framework “ASAS”. Ada pun Framework “ASAS” adalah sebuah skema yang terdiri dari empat pilar yaitu adaptif, spiritual, akademik, dan sosial. Empat pilar ini menjadi fokus utama dalam segala kegiatan yang dilakukan para penghuni asrama. Kegiatan yang dilakukan dibagi menjadi dua kategori lagi yaitu kompetisi dan kebersamaan yang didalamnya telah dimasukkan keempat pilar tersebut.

Tujuan dari Framework “ASAS”  yaitu mahasiswa baru dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru, memahami keyakinan agama yang dianut serta menjalankannya, mampu meningkatkan kemampuan akademis penghuni sehingga membantu dalam perkuliahan, membangun kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar, serta membentuk karakter kepemimpinan, kerja sama, gotong-royong, kompetisi, toleransi, dan pantang menyerah.

Dalam pelaksanaannya, Framework “ASAS” ini perlu melibatkan seluruh elemen yang ada di Telkom University terutama peran aktif mahasiswa baru yang sangat berdampak signifikan bagi kesuksesan pembentukan karakter di asrama. Dengan peran aktif mahasiswa baru, diharapkan kegiatan yang muncul adalah kegiatan yang kreatif dan unik yang sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai Telkom University. Kegiatan yang telah berjalan sekarang adalah dorm team, dorm percussion, dorm id, dorm tutor, dorm pattimura ranger dan segudang kegiatan lainnya.

 Minimnya Pengetahuan Mahasiswa Baru

Hasil riset Aksara menunjukan bahwa sebanyak 50,76% mengetahui tujuan diberlakukannya asrama (dari total 327 responden penghuni asrama). Angka tersebut rupanya masih terbilang minim untuk menyimpulkan bahwa mahasiswa baru benar-benar mengetahui hakikat dan tujuan diberlakukannya program asrama. “Saya mengetahui tujuan diberlakukannya asrama. Namun itu berdasarkan pengalaman dan perspektif yang saya alami, bukan berdasarkan penyuluhan dan visi atau misi yang ada,” ujar Alfi, mahasiswa yang tinggal di salah satu asrama. Data yang kami himpun dari Aksara Opini (17/3) tentang asrama, juga menunjukkan bahwa kurang adanya penjelasan dan penyuluhan tentang hakikat dan tujuan diberlakukannya wajib asrama di Telkom University. Hal tersebut berdampak pada minimnya pengetahuan dan pandangan mahasiswa baru tentang asrama. Jika hal tersebut berulang, tentunya akan menyebabkan hilangnya antusias atau ketertarikan mahasiswa baru terhadap asrama, terutama pada kegiatan yang diadakan di asrama.

Fasilitas dan Keamanan yang Belum Mumpuni

Ada beberapa fasilitas bagi penghuni asrama yang masih banyak dikeluhkan. Di antaranya adalah kualitas air bersih, internet, dan fasilitas penunjang keamanan. Keluhan ini muncul akibat fasilitas tersebut tidak terkelola dan tersedia dengan baik. Sebagai contoh yaitu pasokan air yang diterima oleh penghuni asrama tidak terkelola dengan baik, terbukti dengan masih bercampurnya air dengan pasir.

Untuk memenuhi kebutuhan komunikasi, informasi, dan hiburan bagi penghuni asrama, dibutuhkan fasilitas internet yang memadai. Namun, pada kenyataannya para penghuni asrama masih merasakan gangguan pada saat mengakses internet juga harga yang ditawarkan oleh pihak Telkom University masih dirasa membebani. Apalagi dengan harga yang meningkat hampir dua kali lipat dari harga sebelumnya, tetapi tidak terlihat perubahan yang signifikan dari segi kualitas.

Sementara itu fasilitas penunjang keamanan yang merupakan komponen penting dari asrama pun dirasa masih ada kekurangan di beberapa sisinya. Antara lain yaitu masih kurangnya titik-titik penempatan CCTV. Selain itu, sistem keamanan yang melibatkan helpdesk dan satpam masih belum mampu mengawasi dan menjaga lingkungan asrama dengan baik. Jam malam yang diterapkan kepada penghuni asrama juga sebenarnya sudah baik secara konsep, namun dalam penerapan di lapangan belum bisa berjalan dengan baik karena banyak dari penghuni asrama yang dengan sengaja melanggar jam malam ini.

Tidak berfungsinya pintu darurat dan juga tidak adanya penyuluhan dan latihan evakuasi bencana yang diadakan oleh pihak asrama kepada para penghuni, menjadi salah satu indikator bahwa asrama tidak cepat tanggap akan risiko bencana yang kemungkinan bisa terjadi. Seperti pada beberapa waktu ke belakang, saat gempa bumi mengguncang daerah Telkom University dan sekitarnya, penghuni asrama yang berusaha menyelamatkan diri harus memecahkan pintu kaca asrama karena pintu darurat yang tidak berfungsi.

Berdasarkan survei yang telah dilakukan, terhadap 327 mahasiswa dengan rata-rata sampel 70 orang per gedung dengan populasi seluruh penghuni asrama putri dan putra, didapatkan hasil bahwa sebanyak 50,76 % mengetahui tujuan diberlakukannya asrama. Pada dasarnya asrama diberlakukan untuk membentuk karakter mahasiswa. Diketahui asrama kini mempunyai sebuah program yang dibentuk oleh Senior Residen (SR) guna kelancaran tujuan awal. Program tersebut menurut  keterangan salah seorang SR dikenal sebagai ASAS yaitu adaptif, spiritual, akademik, dan sosial. Dimana tercakup semua elemen mulai dari kegiatan akademik seperti dorm responsi, adaptif seperti dorm sport, sosial seperti dorm pattimura, dan sebagainya. Menurut Fajar Ramadhan, salah seorang SR Asrama Putra Gedung 7  “Program ASAS itu merupakan program dari bidang kemahasiswaan untuk maba/i yang ada di asrama, bertujuan membentuk karakter yang dimiliki maba/i dalam beradaptasi terhadap lingkungan universitas dan juga untuk membentuk softskill yang mereka miliki. Ada empat elemen yakni asas adaptif, spiritual, akademis, dan sosial. Adaptif dalam arti  mengajak maba/i untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan dan budaya yang ada di universitas. Spiritual dalam arti membentuk jiwa rohani yang baik untuk maba/i. Serta akademis, yaitu membantu mahasiswa dalam mengembangkan pengetahuan akademis. Terakhir adalah sosial, membuat maba/i agar bisa peduli dengan seluruh elemen yang ada di sekitar universitas.”

Selain itu, menurut sudut pandang mahasiswa baru yang diwawancarai Kamis 20 Maret 2018 yaitu Alfi, seorang  mahasiswa S1 Teknik Elektro “Saya mengetahui tujuan diberlakukannya asrama namun berdasarkan pengalaman yang saya alami dari perspektif saya, bukan berdasarkan penyuluhan atau pun membaca visi dan misi yang ada. ”Tidak hanya Alfi, beberapa narasumber lain juga melontarkan jawaban serupa. Dengan demikian, pihak asrama harus lebih gencar melakukan sosialisasi mengenai tujuan diberlakukannya asrama, guna memberikan pandangan yang lebih jelas kepada mahasiswa. Selain itu seorang mahasiswi yang menjadi salah seorang narasumber berpendapat “Menurut saya sendiri tujuan diberlakukannya asrama itu sebagai ajang kita untuk saling mengenal teman dari berbagai daerah dan khususnya teman kamar sendiri,” tutur Luluk, salah satu mahasiswa yang tinggal di Asrama Putri Gedung D.

Data selanjutnya, sebanyak 41,89 % merasa bahwa kegiatan yang diadakan oleh pihak asrama memberikan manfaat. Untuk membentuk karakter mahasiswa, tidak hanya pelayanan serta fasilitas, namun kegiatan yang dilakukan oleh pihak asrama juga ikut andil dalam membentuk karakter mahasiswa. Dari hasil riset didapatkan persentase tertinggi yang mewakili pendapat mahasiswa bahwa sebagian penghuni asrama merasa puas dengan manfaat dari kegiatan asrama yang dilakukan. Menurut keterangan Helda, ”Itu sangat bermanfaat. Seperti dorm sport, atau pun kegiatan food culture.” Dengan demikian, kegiatan yang dilakukan oleh pihak asrama dirasa sangat bermanfaat oleh mahasiswa.

Sebanyak 40,97% merasa bahwa sistem asrama cocok diterapkan kepada mahasiswa baru. Dari data yang didapatkan, persentase mahasiswa yang merasa bahwa asrama cocok dan penting untuk diterapkan berada pada persentase tertinggi. Menurut salah seorang narasumber “Asrama sangat cocok sekali untuk diterapkan untuk mahasiswa baru. Mungkin bisa untuk melatih kemandirian mereka, dan sebagai momen bagi mahasiswa baru untuk mengenal teman berbagai macam daerah,” ucap Thania, mahasiswa di Asrama Putri Gedung 12. Sehingga dapat disimpulkan bahwa menurut pendapat sebagian mahasiswa, asrama sangat cocok untuk diterapkan pada mahasiswa baru.

Sebanyak 43,4% merasa puas dengan fasilitas penunjang keamanan di asrama. Fasilitas penunjang keamanan yang meliputi penjagaan dan pengawasan, CCTV,  smoke detector, tangga darurat dan lain-lain. Menurut wawancara yang dilakukan kepada mahasiswa penghuni asrama dapat ditarik kesimpulan bahwa hampir sebagian dari penghuni asrama merasa bahwa fasilitas penunjang keamanan masih harus mendapat perhatian khusus. “Sebenarnya sudah bagus sih, namun akan lebih bagus lagi jika fasilitas keamanan asrama itu lebih dimaksimalkan. Saya pernah dengar teman satu asrama saya yang tinggal di lantai dua, dia pernah kehilangan handphone, kemudian ia memeriksa dan bertanya ke bagian helpdesk untuk melihat rekaman CCTV, namun pada saat itu CCTV yang kurang mewadahi fungsinya, sehingga hasilnya nihil,” ucap Thania, salah satu mahasiswa Telkom University. Selain itu insiden gempa bumi yang sempat membuat mahasiswa penghuni asrama panik juga tidak luput dari kurangnya pengawasan serta efektifitas fasilitas penunjang keamanan asrama.

Sebanyak 36% merasa sangat tidak puas dengan fasilitas air bersih di asrama. Air bersih adalah kebutuhan utama sebagai seorang mahasiswa asrama. Tidak hanya dipandang dari segi kegunaan, namun juga ketersediaan serta kebersihan yang berdampak pada kesehatan tubuh juga menjadi perhatian.  “Saya sempat kaget ketika melihat ada cacing di ember mandi saya. Juga, saat saya akan mandi kadang-kadang air mati tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu,” tutur Thania, penghuni Asrama Putri Gedung 12. Selain itu Luluk, seorang narasumber dari salah satu gedung asrama putri mengatakan, “Jujur saja saya sedikit kecewa dengan fasilitas air bersih di asrama Telkom University, banyak hal-hal yang saya temukan di air asrama seperti cacing kecil, pasir bahkan lumpur pun pernah saya temui di air asrama ketika saya hendak mandi,” Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fasilitas air bersih di asrama belum memuaskan.

Sebanyak 25,6% merasa sangat tidak puas dengan fasilitas internet di asrama. Sejak penggunaan internet gratis dengan akses menggunakan user name dan password akun SSO (singel sign out) dicabut, mahasiswa merasa sangat terbebani. Pasalnya, mahasiswa harus membayar sekitar Rp25.000,00 untuk mendapatkan akses internet yang notabene menjadi kebutuhan mahasiswa sebagai penunjang kegiatan perkuliahan. Tidak hanya itu, standar kampus yang berbasis IT juga membuat internet menjadi kebutuhan pokok dan dasar bagi mahasiswa. Namun, apa yang terjadi ketika harga yang dibayarkan tidak sepadan dengan kualitas serta kepuasan yang diberikan? Menurut pendapat Fadhel, “Wifi asrama sangat buruk, karena terkadang tidak bisa login dan terkadang wifi suka terputus dengan harga yang mahal dan tidak sesuai dengan performanya.” Dengan demikian, pihak asrama dituntut untuk memperhatikan kembali mengenai fasilitas internet di asrama. Sebagian besar mahasiswa berharap jika harga yang di tetapkan berbanding lurus dengan kualitas dan performa yang diberikan.

Terakhir, sebanyak 40,36% merasa puas dengan respon pihak asrama terhadap keluhan yang ada. Pada dasarnya, keluhan terhadap kerusakan fasilitas dan pelayanan sudah menjadi hal yang lumrah di boarding house. Dari hasil riset didapatkan, bahwa rata-rata mahasiswa berpendapat bahwa respons penghuni asrama terhadap kerusakan sudah cukup baik. Namun, intensitas pelayanan yang diberikan harus ditingkatkan lagi. Menurut pendapat  Helda “Masih belum maksimal, karena mereka masih mengurusi hal-hal yang lebih penting lainnya.” Dengan demikian, diharapkan bahwa respons pihak asrama terhadap keluhan yang ada harus diterapkan secara menyeluruh.

Dapat disimpulkan bahwa rata-rata tingkat kepuasan mahasiswa terhadap pelayanan dan fasilitas yang diberikan oleh pihak asrama berada di bawah 50% dari total persentase 100%.

 

Penulis: Erni Lutfiani Dewi

Editor: Hartika Imanniar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button