Opini

Dibukanya Akses Open Library untuk Masyarakat Umum: Apakah Tidak Mengganggu Kenyamanan Mahasiswa Telkom University?

AksaraNews, Bandung (17/04/2022) – Di tengah keterbatasan aksesibilitas pada beberapa fasilitas umum selama pandemi, perpustakaan merupakan salah satu tempat yang kerap didatangi dan menjadi kebutuhan bagi sebagian orang. Berbagai layanan yang ada pada perpustakaan, seperti peminjaman buku dan ruang baca masih menjadi hal yang diperlukan oleh civitas akademika maupun umum. Open Library Telkom University merupakan perpustakaan kampus yang menyediakan berbagai macam layanan untuk penggunanya. Sebagai kampus yang berupaya untuk mengamalkan tri dharma perguruan tinggi (pengabdian), Open Library Telkom University memberikan akses tidak hanya untuk civitas akademika Telkom University saja, melainkan juga terbuka untuk masyarakat luas.

Open Library menyediakan berbagai fasilitas mulai dari layanan online hingga offline, seperti akses e-book, e-journal, layanan SBKP online, peminjaman dan pengembalian delivery service, layanan online ask librarian, ruang baca, serta kelas literasi yang difasilitasi secara online dan offline. Dikutip dari Pustakawan Open Library Telkom University, Open Library memiliki 3 pokok pemikiran yaitu open untuk semua jenis keilmuan,open untuk berbagi dan berkolaborasi dengan sistem informasi maupun knowledge management lain, serta open bagi siapapun yang ingin belajar dan memperoleh pengetahuan yang dimiliki di Telkom University. Sejalan dengan konsep Open Library, terutama poin ketiga yakni open untuk siapapun yang ingin belajar di Open Library, maka sejak tahun 2021 Open Library membuka keanggotaan bagi non-civitas Telkom University (umum).

Menurut salah satu mahasiswa S1 Akuntansi angkatan 2020, Arifah berpandangan bahwa dibukanya Open Library untuk umum mampu membantu masyarakat luas melalui koleksi buku-buku yang dimiliki sebagai sumber referensi. “Pada dasarnya saya setuju dengan adanya open membership Open Library karena secara tidak langsung sebagai wujud pengabdian Telkom University kepada khalayak umum, akan tetapi perlu adanya perbedaan fasilitas keanggotaan bagi Mahasiswa Telkom University dengan masyarakat umum”, tambahnya.

Pandangan tersebut berbeda dengan yang disebutkan oleh Pica, Mahasiswi S1 Manajemen Bisnis Telekomunikasi Informatika angkatan 2019. Ia menyatakan bahwa dibukanya Open Library untuk umum berpotensi mengganggu kenyamanan mahasiswa Telkom University untuk menikmati fasilitas kampusnya. “Sebenarnya jika memang harus dibuka untuk umum, perlu dipertimbangkan lagi hal-hal mengenai open membership Open Library sehingga tidak mengurangi kenyamanan mahasiswa Telkom University itu sendiri”, ujarnya.

Lantas, apakah terdapat perbedaan layanan antara Civitas Akademik Telkom University dan non-civitas? Menurut pihak Open Library sendiri, layanan bagi civitas dan non-civitas memiliki perbedaan sesuai dengan jenis keanggotaannya. Di Open Library Telkom University, user utama adalah civitas akademika Telkom University, namun tetap membuka beberapa layanan dan fasilitas yang disediakan untuk non-civitas. Perbedaannya adalah bagi civitas akademika Telkom University dapat memanfaatkan seluruh bahan pustaka, layanan, dan fasilitas Open Library Telkom University secara gratis tanpa dipungut biaya. Hal tersebut berbeda bagi non-civitas atau member umum karena adanya biaya yang dikenakan untuk membership agar dapat melakukan akses ke koleksi yang ada di Open Library, serta koleksi yang dapat diaksesnya pun dibatasi sesuai dengan ketentuan.

Pustakawan Open Library juga menjelaskan bahwa dengan dibukanya akses Open Library untuk umum tidak membatasi jumlah pengunjung secara langsung untuk mengakses fasilitas. Hal ini dibuktikan dengan data pengunjung Open Library yang setiap tahunnya masih terbilang sedikit. Walau jumlah pengunjung non-civitas masih sedikit, Open Library juga tidak lengah untuk mempersiapkan infrastruktur sesuai protokol kesehatan sebagai upaya pencegahan Covid-19. “Pemberlakuan keanggotaan tersebut sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat dan kontribusi dalam penyediaan akses informasi bagi masyarakat. Hal ini pula guna memperluas kebermanfaatan sumber daya yang dimiliki serta untuk meningkatkan utilitas terhadap idle assets untuk mengoptimalkan sumber daya informasi di Telkom University” lanjutnya.

Biaya yang dikenakan untuk pendaftaran membership sendiri senilai Rp.100.000 per bulan dan Rp.175.000 per tahun. Menurut salah satu Mahasiswa D4 Teknologi Rekayasa Multimedia, Dheva Kumala Djati, harga tersebut dinilai terlalu mahal untuk umum. “Saran saya seharusnya ada membership yang harian aja dengan rentang harga Rp 5.000 sampai Rp 15.000. Untuk umum juga gak terlalu sering mengunjungi Open Library”, ujarnya.

Melihat tingkat literasi membaca di Indonesia yang masih rendah, diharapkan dengan dibukanya akses Open Library untuk umum dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan melalui koleksi buku dan berbagai fasilitas yang disediakan.

Penulis: Faizal Miftah dan Daffa Shiddiq

Editor: Nur Aulia Rahman

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button