Featured

Fasilitas GKU Kurang Memuaskan, Salah Kampus atau Mahasiswa?

AksaraNews, Bandung (22/03/2023)Gedung Tokong Nanas atau kerap kali disebut GKU (Gedung Kuliah Umum) merupakan gedung yang pasti dipakai oleh semua mahasiswa/i Telkom University dari seluruh penjuru fakultas. Sebagai gedung yang sering kali digunakan, mahasiswa masih merasa kurang nyaman dengan gedung yang satu ini. Mulai dari kipas angin yang rusak di beberapa ruangan sampai lift yang kerap mati. Kurang baiknya fasilitas ini tentu membuat beberapa mahasiswa menjadi kecewa apalagi dengan biaya kuliah di Telkom University yang terbilang cukup mahal. 

Hal ini pula, yang membuat kegiatan mahasiswa menjadi terganggu. Ditambah dengan aturan yang cukup unik pada gedung ini, terkait peraturan sistem ganjil genap yang terdapat pada lift. Tak hanya itu, lift tersebut juga sering mati bahkan kerap kali ada mahasiswa yang terjebak di dalam lift gedung ini. Terlebih di beberapa lantai, toilet dan lantainya kurang terurus.

Terkait lift dengan sistem ganjil genap ini menurut salah satu pegawai di GKU, Pak Agusroh menjawab, “Untuk mempercepat aksesnya dan mempermudah mahasiswanya, kalau mau ke lantai ganjil seperti lantai 1, 3, 5 itu bisa pake lift ganjil. Kalau mau yang genap misalnya 2, 4, 6 itu bisa pake lift genap”. Namun, entah mengapa peraturan ini terasa seperti boomerang bagi mahasiswa. Bukankah dengan tiadanya peraturan tersebut serta semua lift berfungsi dengan baik, aksesnya akan lebih cepat dan mudah?

Ternyata, peraturan ini dibuat dengan alasan tertentu karena pada awalnya saat akses lift pernah dibuka semua, lift tersebut malah menjadi lebih sering macet dari kondisi sekarang. Oleh karena itu, disarankan untuk menaiki tangga saja jika ingin pergi ke lantai yang tidak terlalu tinggi.

Terkait kasus lift yang sering mati, Pak Agusroh juga menambahkan, “Kejebak dalam lift nya? Biasanya itu settingannya, ini juga sering mati liftnya. Karena kan udah lama juga, udah dari tahun 2015 sampai sekarang.” Beliau juga mengatakan kalau mati diakibatkan mati listrik, beliau akan segera mengecek liftnya untuk mengetahui sudah di lantai berapa lift tersebut serta menolong mahasiswa yang terjebak di dalam sana.  Menanggapi perihal lift yang sering mati ini, Pak Agusroh juga berkata bahwa hal tersebut seringkali diakibatkan oleh ulah dari mahasiswa sendiri, karena melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan di dalam lift. Hal tersebut seperti berlompatan dalam lift, menekan emergency bell padahal tidak ada kejadian darurat, hingga membuang sampah sembarangan yang dapat membuat lift tersumbat.

Bukan hanya lift, beberapa mahasiswa juga sering kali mengeluhkan terkait lantai dan toilet yang kotor. Tapi setelah mengecek beberapa toilet, kami merasa toilet dalam kondisi yang baik-baik saja. Pak Agusroh berujar, “Kalau di lantai lain mah, aman-aman aja. Coba liat di lantai 6 tuh. Lantai 6, FIK kan ya … pintu dicoret-coret, toilet dicoret, itu pun baru dicat lagi sekarang. Pokoknya banyak coretan. Contohnya pemadam kebakaran itu dicoret. Kan kalau banyak coretan jadinya engga bagus. Harus saling menjaga lah, itu aja sih sebenarnya.” Kemudian setelah mengatakan hal tersebut, kami pun coba mencari tahu. Faktanya untuk toilet di lantai enam ini, terlihat baru di cat ulang namun masih terdapat beberapa bekas coretan yang terlihat.

Setelah berbincang dengan Pak Agusroh kurang tepat rasanya kalau kita hanya menyalahkan pihak kampus tanpa melihat ke diri kita masing-masing. Sudahkah kita menjaga gedung ini? Mungkin benar kalau kampus kurang melihat hal-hal kecil seperti sampah dan sebagainya, tapi jika setelah diperbaiki malah dirusak kembali oleh mahasiswa, maka tidak salah jika pihak kampus mulai geram dan tidak terlalu melihat hal-hal kecil di gedung ini.

Penulis: Venni Aprilia & Rifaldi Ricky Suryansyah

Editor: Yusnita Putri

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button