Headline

Mengawal Kinerja Presiden KEMA 2018 Telkom University

AksaraNews, Bandung (2/5/18) – Sejak berakhirnya pesta demokrasi Pemilihan Raya (Pemira) pada akhir tahun lalu, terjadi vacuum of power atau kekosongan kekuasaan pada Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Mahasiswa (KEMA) Universitas Telkom. Pemilihan Presiden Mahasiswa dan Wakil Presiden Mahasiswa (Presma-Wapresma) akhirnya dilanjutkan melalui sidang kongres yang dimulai sejak pertengahan Februari lalu. Setelah diselenggarakannya beberapa kongres, kekosongan kekuasaan tersebut tampaknya berakhir seiring dengan terpilihnya Muhammad Wahyu Yusran dan Kurniawan Setyo Budi sebagai Presma-Wapresma Tel-U pada sidang kongres ke-12 (14/4) kemarin.

Muhammad Wahyu Yusran atau akrab disapa Wahyu sebagai Presiden Mahasiswa Tel-U yang baru, melihat kekosongan kekuasaan BEM KEMA Tel-U menyebabkan banyak masalah yang terbengkalai, baik di dalam maupun di luar kampus.

“Untuk di dalam kampus misalnya permasalahan arak-arakan, masalah peminjaman ruangan, masalah UKM, dan masih banyak lagi. Sedangkan untuk masalah di luar, BEM Tel-U tidak bisa melakukan controlling terhadap pemerintah karena adanya kekosongan kekuasaan tersebut,” ujarnya.

Ditanya mengenai visi dan misi BEM Kabinet Adharma Sendi Akara, Wahyu menjelaskan bahwa kepengurusan BEM memiliki tiga poin utama, yaitu berdaulat, semangat berkarya, dan selaras dalam bergerak untuk berkarya bagi almamater dan bangsa Indonesia. Wahyu membentuk visi dan misi tersebut berdasarkan keadaan Tel-U yang dianggapnya masih mementingkan golongan tertentu.

“Saat ini, kita masih sibuk dengan golongan masing-masing. Oleh karena itu, ketika kita sudah berdaulat dan bebas dari interferensi manapun, kita bisa menentukan arah langkah dan pergerakan kita sendiri ke depannya,” tambah Wahyu.

Sementara untuk poin kedua dan ketiga dari visi dan misi yang telah disebutkan sebelumnya, Wahyu menjelaskan bahwa BEM hadir sebagai fasilitator dan penjamin bagi mahasiswa yang ingin berkarya. BEM akan menjadi fasilitator bagi ormawa-ormawa yang ingin berkolaborasi dalam menciptakan sebuah karya.

“Tujuan besarnya adalah kita bisa selaras dalam bergerak. Itu pun dengan catatan kepercayaan teman-teman kembali kepada BEM. Jadi, goal besar yang ingin kita capai di akhir kepengurusan nanti adalah semangat berkarya Universitas Telkom untuk Indonesia,” tutur Wahyu.

Selanjutnya, agenda terdekat yang akan dilakukan BEM setelah pelantikan adalah mengumpulkan ormawa-ormawa dan menanyakan permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi. “Sehingga nanti program kerja itu lahir dari keresahan kita bersama, bukan dari saya dan wakil saya saja,” tambah Wahyu.

Sementara untuk perihal program kerja, Wahyu mengatakan bahwa kepengurusan BEM saat ini memiliki beberapa inovasi baru, salah satunya adalah pembentukan Kementerian Luar Negeri yang lebih spesifik dan akan mengawal segala kebijakan pemerintah, dan Kementerian Pengembangan Potensi Mahasiswa yang salah satu tugasnya adalah melakukan pelatihan untuk mengembangkan minat dan potensi mahasiswa.

Selain inovasi baru, ada juga program kerja  dari kepengurusan BEM sebelumnya yang akan dijalankan kembali. Salah satunya adalah kelanjutan dari tuntutan kenaikan biaya denda KTM yang masih belum terlihat titik terang hingga saat ini. “Kami akan terus memperjuangkan itu, tapi yang namanya perjuangan tentunya kita tidak bisa menuntut kesempurnaan. Hal yang saya janjikan di sini, kita bersama-sama perjuangkan itu (tuntutan kenaikan biaya denda KTM), karena sulit jika hanya BEM saja yang memperjuangkannya.”

Wahyu berharap kepada semua mahasiswa Tel-U agar pesta demokrasi yang telah usai kemarin bisa menjadi lahan belajar untuk semuanya, juga agar kabinet Adharma Sendi Akara ini dapat membawa perubahan. Selain itu, ia juga berharap agar BEM saat ini tidak bergerak sendiri dan seluruh mahasiswa terus mengingatkan serta mengawal kerja BEM.

Penulis: Annisa Nisrina

Editor: Moch. Fachruddin

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button