Featured

Mengulas Kisah Perjalanan Hidup Ainun dari Film Habibie & Ainun 3

AksaraFeature, Bandung (24/06/2020) – Penghujung tahun 2019 lalu, MD pictures kembali mempersembahkan karya sekuel dari kisah cinta legendaris antara Putra Indonesia yaitu B.J Habibie dengan istrinya, Ainun Habibie. Film yang di sutradarai oleh Hanung Bramantyo dan sosok Habibie yang kembali diperankan oleh Reza Rahardian membuat tumbuhnya ekspetasi tinggi di dalam diri para penonton. Terutama para penonton yang menjadi penonton setia sejak tahun 2012 (film pertama).

Film ini berkisah mengenai masa muda Ainun persis dengan seperti yang telah dikatakan oleh Hanung Bramantyo.  “Ini benar-benar murni tentang ibu Ainun. Dari mulai sebelum bertemu Pak Habibie hingga apa cita-cita Ainun yang sebenarnya,” ucapnya saat ditemui pada Gala Premiere film Habibie & Ainun 3 di Plaza Indonesia XXI, Jakarta Pusat, Jumat (13/12). Namun, beberapa kejadian sebelum penayangan film mungkin menjadi sedikit mengubah tujuan film, salah satunya adalah wafatnya B.J Habibie pada 11 september 2019. Film yang awal mulanya didedikasikan murni untuk mengenang Ainun menjadi di dekikasikan untuk beliau.

Dengan alur maju mundur—saat Eyang Habibie mulai bercerita kepada cucunya—film ini menceritakan tentang perjuangan pendidikan ibu Ainun, kisah cinta, dan perpisahannya dengan Habibie demi cita-cita. Di sini kita akan dibuat terkejut dengan sosok Reza Rahardian yang memerankan 2 peran sekaligus, yaitu Habibie muda dan Habibie tua. Pasalnya Reza Rahardian menjadi sosok yang begitu persis dengan Habibie tua, mengingat waktu yang diperlukan adalah 7 jam untuk meriasnya. Namun, yang menjadi kekecewaan terbesar adalah visual Reza saat memerankan sosok Habibie muda. Bagaimana tidak, wajah Reza menjadi nampak sedikit tidak pas. Namun, penulis tetap mengapresiasi usaha MD Pictures yang mengagumkan dengan teknik CGI-nya.

Cerita mulai berlanjut dimana Ainun muda—yang diperankan oleh Maudy Ayunda– beranjak memasuki dunia kuliah. Berperan menjadi minoritas yang cerdas, baik hati, dan ringan tangan–yang sangat pas dimainkan oleh Maudy Ayuda — membuat Ainun muda dikagumi banyak lelaki di seantero kampus. Kisah pahit perjuangan AInun meraih gelar dokter pun menjadi berwarna saat dibumbui dengan cerita persahabatan juga cerita romansa—yang penulis rasa lebih mendominasi ketimbang kisah perjuangannya meraih cita-cita–antara dirinya dengan Ahmad—yang diperankan oleh Jefri Nichol.

Perjuangan Ainun untuk membuktikan pada semua orang bahwa perempuan juga berhak menjadi dokter juga semakin gigih. Hingga terjadi peristiwa yang membuat Ainun menjadi ragu-ragu dengan kemampuannya dan cita-citaya serta melupakan fakta bahwa kematian ada ditangan Tuhan. Di sisi lain, kisah romansa antara Ainun dengan Ahmad ditunjukkan dengan dialog-dialog emosional dan tentunya mengharukan.

Penulis merasa film ini digarap dengan sangat baik oleh MD Pictures. Dengan penataan latar yang sangat epik juga tatanan busana yang diapakai oleh pemainnya yang terkesan jaman dahulu, tetapi tetap modis, menambah kesan manis pada film. Namun, tujuan untuk menjadikan Ainun sebagai tokoh utama dalam film menjadi tidak terlalu berhasil. Film berubah menjadi 2 sudut pandang berkat posisi Habibie yang seakan dijadikan “jualan tetap” di dalam film. Juga kisah romansa Ainun yang dibuat menjadi dramatis seakan-akan tidak terlalu berdampak karena semua telah mengetahui bahwa Ainun akan bersama dengan Habibie.

Penulis : Iqbal Abdul Rauf

Editor : Dewa Made Surya

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button