Featured

Psychology of Money: Pelajaran Abadi Mengenai Kekayaan, Ketamakan, dan Kebahagiaan

AksaraFeature, Bandung (11/03/2023) — Sebagai mahasiswa, pasti tidak asing lagi dengan istilah mengelola uang. Kesuksesan dalam mengelola uang dengan baik tidak ada hubungannya dengan kecerdasan seseorang dan lebih banyak berhubungan terhadap perilakunya. Perilaku dinilai sukar diajarkan, bahkan kepada orang-orang yang sangat cerdas. Buku yang membahas hal ini berjudul The Psychology of Money karya Morgan Housel.

Pada bagian awal buku, penulis memperlihatkan bahwa tidak ada yang tidak mungkin antara latar belakang seseorang dengan uang. Terlepas dari latar belakangnya, penulis menjelaskan bahwa semua orang bisa mengolah, mengelola, dan bersikap terhadap uang yang mereka miliki.

Keuangan memang lebih banyak diajarkan sebagai bidang berbasis matematika, di mana kita memasukkan data ke rumus dan rumus memberitahu kita apa yang harus dilakukan, dan berasumsi kita akan melakukannya. Berlaku juga di keuangan pribadi, investasi, hingga korporat. Bukannya semua itu buruk atau keliru. Namun, uang memiliki arti yang lebih luas daripada itu.

Selanjutnya, buku ini juga memberi sudut pandang baru terhadap uang. Menggunakan uang untuk membeli waktu dan pilihan adalah manfaat gaya hidup yang sukar disaingi barang mewah. Uang seringkali dijadikan sebagai parameter kebahagiaan. Orang ingin menjadi lebih kaya agar lebih bahagia yang mana merupakan subjek rumit karena semua orang berbeda. Namun, kesamaan umum di kebahagiaan itu adalah bahwa semua orang ingin memegang kendali atas hidupnya. Kemampuan berbuat apapun, kapanpun, dengan siapapun selama bisa, itu tak ternilai dan menjadi deviden tertinggi yang diberikan uang.

Bentuk tertinggi kekayaan adalah kemampuan bangun setiap pagi dan berkata “saya bisa melakukan apa pun yang saya inginkan hari ini”. Memiliki rasa yakin memegang kendali atas kehidupan sendiri adalah pertanda perasaan positif kesejahteraan yang lebih andal daripada berbagai kondisi objektif kehidupan yang sudah kita pertimbangkan.

Pengakuan tersirat bahwa orang biasanya ingin dihormati dan dikagumi pihak lain dan menggunakan uang untuk membeli barang mewah boleh jadi tidak mendatangkan dua hal itu sebanyak yang kita bayangkan. Jika rasa hormat dan kagum adalah tujuan kita, berhati-hatilah untuk mencarinya. Kerendahan hati, kebaikan, dan empati akan mendatangkan lebih banyak hormat daripada harga barang mewah. Membelanjakan uang untuk memamerkan berapa banyak kita memiliki uang adalah cara tercepat memiliki sedikit uang karena pada dasarnya kekayaan adalah apa yang kita tak lihat.

Pada akhir buku, penulis memberikan beberapa saran dengan segala pertimbangan dalam membuat keputusan lebih baik:

  1. Bersikap rendah hati saat keadaan baik dan memaafkan ketika keadaan buruk
  2. Kurangi ego, tambah kekayaan
  3. Kelola uang kamu dalam cara yang membuat kamu bisa tidur malam hari
  4. Jika kamu mau hasil yang lebih baik sebagai investor, hal yang bisa kamu lakukan adalah memperpanjang cakrawala waktu
  5. Santai dengan banyak kesalahan. Kita bisa keliru dalam setengah dari semua kesempatan dan tetap untung
  6. Gunakan uang untuk mendapat kendali atas waktu kamu
  7. Jadilah lebih baik, jangan pamer
  8. Menabung. Menabung. Tidak perlu alasan khusus untuk menabung
  9. Temukan biaya keberhasilan dan bersiaplah untuk membayarnya
  10. Junjung tinggi ruang untuk kesalahan
  11. Hindari ujung-ujung ekstrem keputusan keuangan
  12. Sukai risiko karena seiring waktu, ada imbalannya
  13. Ketahui tindakan yang kamu lakukan dan hormati perbedaan dalam menentukan jawaban yang benar dalam membuat pilihan.

The Psychology of Money cocok dibaca oleh siapa saja yang ingin lebih bijak dan terarah dalam mengatur keuangan hingga bagi yang ingin menemukan makna-makna baru untuk menjalani hidup yang lebih sejahtera.

Penulis: Hana Eriza

Editor: Yusnita Putri

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button