Tanggapan Mahasiswa FKB mengenai Sistem Presensi Tapping
AksaraNews, Bandung (22/03/2023) — Telkom University memiliki sistem presensi yang sudah berbentuk digital, yaitu KTM yang diberikan sebagai akses. Sistem presensi berbasis ICT ini berbentuk web yang dinamakan IGracias. Sistem tersebut akan terhubung dengan perangkat Radio Frequency Identity (RFID) Over Fiber yang telah tersebar di seluruh gedung Telkom University, salah satunya gedung Fakultas Komunikasi dan Bisnis (FKB).
Sebelum kegiatan belajar di kelas, sebagai syarat kehadiran, mahasiswa/i FKB perlu melakukan tapping di mesin presensi yang sudah tersedia di setiap ruangan. Alur presensi akan dimulai ketika dosen masuk ruangan dan melakukan tapping, kemudian akan diikuti oleh seluruh mahasiswa di kelas tersebut. Namun, terkadang sistem ini tidak bekerja dengan baik dan menyebabkan dosen harus mengulang presensi secara manual karena presensi dengan tapping tidak terbaca oleh sistem.
Dikutip dari salah satu studi kasus yang dilakukan mahasiswa Telkom University, hal tersebut disebabkan karena perangkat RFID yang bekerja masih menggunakan protokol slotted ALOHA, di mana protokol ini tidak memiliki anti collision, sehingga memungkinkan data sering bertabrakan atau hilang saat proses transmisi.
Akibat dari kendala yang sering dialami, banyak dosen yang masih mempertahankan sistem presensi manual dengan cara memanggil nama mahasiswa satu persatu. Menurut salah satu mahasiswi S1 Administrasi Bisnis angkatan 2021, Alya, saat diwawacarai oleh tim Aksara mengenai dominasi penggunaan presensi yang digunakan oleh dosen, ia menjawab, “Manual,” Ia menambahkan lagi, ada juga dosen yang konsisten menggunakan tapping KTM, “Ada, cuman satu, matkul Analisis Resiko.” Pandangan lain disampaikan oleh mahasiswa S1 Digital Content Broadcasting angkatan 2022, Yusuf, “Tapping KTM lebih banyak.”
Perbedaan situasi tersebut menyebabkan kekhawatiran, baik bagi dosen maupun mahasiswanya. Karena sistem yang terkadang tidak bisa membaca data, beberapa dosen harus mengulang kembali proses presensi di kelas, untuk memastikan kesamaan jumlah presensi dengan mahasiswa yang hadir.
Hal tersebut terbukti benar adanya setelah salah satu mahasiswi S1 Ilmu Komunikasi angkatan 2022, Nirmala, membagikan pengalamannya mengenai keresahan tersebut, “ Pernah beberapa kali juga terjadi, datanya tidak terbaca sampai ada beberapa dosen yang mengeluh karena alat pendeteksi KTM sering kali bermasalah sehingga harus melakukan presensi ulang secara manual.”
Tentu saja hal ini mempengaruhi keefektifan dan kenyamanan dosen maupun mahasiswa FKB untuk melakukan presensi. Banyak mahasiswa kerap kali dibuat khawatir akan sistem presensi tapping KTM yang terkadang bisa terbaca atau justru sebaliknya. “Saya lebih memilih presensi manual, karena terkadang meski sudah tapping KTM, data tersebut tidak sinkron dengan dosennya. Jadi lebih aman dan pasti presensi manual” ujar Adhimas, mahasiswa jurusan S1 Public Relation angkatan 2020.
Di sisi lain, ada juga mahasiswa yang berpendapat bahwa presensi dengan KTM lebih mudah dan praktis. Seperti yang disampaikan Ichzan, mahasiswa jurusan S1 Public Relation angkatan 2020, “Kalau saya lebih enak tapping soalnya lebih canggih dan otomatis juga daripada manual.” Pendapat serupa juga disampaikan oleh Alya, “Tapping, lebih simple dan lebih cepet pulangnya.”
Dilihat dari dua sudut pandang yang berbeda, jika diperhatikan lebih jauh tentu saja ada kelebihan dan kekurangannya. Baik presensi manual maupun presensi dengan tapping KTM, keduanya sama-sama memiliki alasan kuat mengapa lebih dipilih oleh mahasiswa. Nirmala kembali berpendapat mengenai presensi tapping KTM, ia menyebutkan bahwa, “Presensi dengan tapping KTM cukup nyaman digunakan karena lebih praktis, tapi minusnya membuat kita sebagai mahasiswa harus mengecek kembali apakah sudah terabsen atau belum karena alatnya yang sering mengalami gangguan.” Pendapat serupa disampaikan oleh Ichzan, “Plusnya saya sangat suka sistem tapping nya yang canggih dimana setelah lewat 15 menit tidak akan bisa tapping sehingga mahasiswa terlambat tidak bisa absen. Minusnya mungkin lebih ke bisa titip absen.”
Keefektifan mesin presensi dengan sistem tapping KTM di FKB sempat menjadi perdebatan. Jika memang masih dinilai kurang memuaskan, sebaiknya pihak FKB melakukan evaluasi kembali, supaya proses presensi dengan tapping KTM semakin meningkat keefektifannya. Seperti yang diungkapkan oleh Nirmala, “Menurut saya, agar kampus kita bisa mengikuti perkembangan zaman dan bersaing dengan kampus yang lain sebaiknya tapping KTM diperbaiki, agar bisa memudahkan dosen maupun mahasiswa dengan tetap memperhatikan plus dan minus dari sistem tapping KTM.”
Diharapkan dengan adanya kritik dan saran dari teman-teman mahasiswa, keluhan mengenai sistem presensi tapping KTM bisa segera diperbaiki juga dimaksimalkan sehingga fasilitas yang telah disediakan pihak Fakultas Komunikasi dan Bisnis, Telkom University dapat digunakan secara efektif kedepannya.
Penulis: Nur Nazlilah Purwanti & Zida Naela Salsabila
Editor: Yusnita Putri