Headline

Tingkatkan Keamanan, Universitas Telkom Batasi Kendaraan Roda Dua Masuki Wilayah Kampus

AksaraNews, Bandung (06/08/2019) – Lahan parkir motor yang berada di utara GKU (Gedung Kuliah Umum) Universitas Telkom telah ditutup. Kapasitas parkir dipindahkan ke dua tempat, yaitu lahan parkir bersama FIT, FKB, dan FEB serta lahan parkir baru di belakang Masjid Syamsul Ulum. Kebijakan tersebut sudah dalam tahap uji coba sejak Sabtu (4/8) dan direncanakan akan berlangsung selama 3 sampai 6 bulan ke depan.

Kebijakan untuk menutup lahan parkir motor yang berada di utara GKU, didasari oleh adanya proyek skala besar. Proyek tersebut yaitu Landmark Tower Universitas Telkom dan akan berlangsung selama 2 sampai 3 tahun. Jalur masuk kendaraan bermotor arah Sukapura atau gate 1, akan dipilih sebagai lalu lintas truk pengangkut material. Keadaan motor dan truk yang saling berlalu-lalang menyebabkan kekhawatiran. Oleh karena itu, demi alasan keamanan, jalur masuk motor dari gate 1 diarahkan langsung ke parkiran bersama FIT, FKB, dan FEB melalui gerbang sementara.

Kebijakan tersebut juga membatasi akses masuk motor ke dalam kampus. Pasalnya, setiap motor yang hendak memasuki kawasan Universitas Telkom akan langsung diarahkan ke kantung-kantung parkir. Mahasiswa yang hendak memasuki kawasan Universitas Telkom melalui gate 1, dapat langsung memarkirkan motornya di parkiran bersama FIT, FKB, dan FEB. Untuk mahasiswa yang hendak masuk Telkom University melalui gerbang Masjid Syamsul Ulum, dapat memarkirkan motor di lahan parkir belakang dan barat Masjid Syamsul Ulum. Selanjutya, untuk mahasiswa yang hendak masuk ke area kampus melalui Jalan Radio, dapat memarkirkan motor di lahan parkir sebelah T-Mart. Sementara itu, akses keluar-masuk kampus untuk motor melalui Jalan Radio ditutup.

Aris Hartaman selaku Kapala Bagian Pengendalian Aset menjelaskan, “Sekarang itu sebetulnya dengan program ini kita membatasi orang luar untuk masuk ke dalam, dengan pola kita sediakan kantung-kantung parkir. Jadi motor masuk ke kantung parkir itu, tapi tanpa melintasi area tengah.”

Pihak logistik sendiri mengakui bahwa, saat ini (07/08), jalur masuk motor melalui gate 1 masih terkesan tidak aman dan kemungkinan kapasitas lahan parkir tidak mecukupi. Aris menyadari kebijakan tersebut akan menimbulkan pro dan kontra di kalangan mahasiswa maupun masyarakat yang menggunakan akses jalan tersebut. Namun, Aris menyampaikan, “Kalau menurut kami sih dari segi fasilitas kita tidak ada yang dikorbankan, kami juga mencari kompensasi. Hanya saja, sekarang itu kami ingin berkolaborasi gimana caranya dengan kapasitas ini bisa nyaman.”

Mahasiswi S-1 Teknik Industri angkatan 2017, Wardatul Faizah, mengaku tidak setuju dengan adanya pembatasan akses jalan tersebut. Menurutnya, pembangunan Landmark Tower Universitas Telkom tidak terlalu mengganggu dan mahasiswa pastinya dapat berhati-hati jika ada keluar-masuk truk atau kendaraan berat lainnya. “Enggak (setuju) banget sih, kasian juga yang mau anter makanan (delivery order) sama gojek gak bisa ke asrama, harus muter ke Jalan Radio,” ujar Wardatul.

Sementara itu, Rifki Mifathur Sutomo, mahasiswa S-1 Informatika angkatan 2016, menyayangkan tindakan kampus yang dinilai terlambat dalam menyampaikan hal penting atau kurangnya sosialisasi terhadap kebijakan baru tersebut. Tidak adanya pemberitahuan sebelumnya justru dinilai oleh Rifki akan menciptakan kemarahan bagi mahasiswa dan masyarakat. Oleh karena itu, Rifki tidak setuju dengan kebijakan baru untuk kendaran bermotor tersebut, “Sebenernya saya sendiri tidak setuju karena memberatkan mahasiswa yang kuliah di GKU, apalagi kalau mahasiswanya ngelaju (melakukan perjalanan pulang-pergi dalam kota, dalam satu hari secara rutin),” ujar Rifki. Selain itu, Rifki juga mengkhawatirkan kurangnya lahan parkir yang tersedia.

Berbeda dengan kedua mahasiswa yang lain, Choirunnisa Rezky, mahasiswi jurusan Desain Komunikasi Visual angkatan 2017, justru setuju dengan kebijakan tersebut dengan alasan keselamatan dan keamanan mahasiswa selama pembangunan Landmark Tower Universitas Telkom. “Daripada resikonya tambah besar dan keselamatan mahasiswanya gak terjamin, jadi mending dibongkar kayak gitu, atau diadakan tempat parkir baru,” tutup Choirunnisa.

Penulis: Dewa Made Surya

Editor: Dina Fadillah Salma

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button